Daftar Hadir

Sabtu, 13 Mei 2017

Makalah Aktiva Tetap

BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Suatu perusahaan didirikan tentu saja pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan perusahaannya. Untuk menunjang agar  tercapainya tujuan tersebut, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu guna memperlancar kegiatan yang dilaksanakan perusahaan.
Aktiva tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan operasionalnya dan juga merupakan salah satu komponen dalam neraca sehingga ketelitian dalam pengolahan aktiva tetap sangat berpengaruh terhadap kewajaran penilaiannya dalam laporan keuangan.
Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut,  maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi.  Selain itu juga mempengaruhi nilai dari aktiva tetap tersebut.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan aktiva tetap ?
Apa saja kriteria aktiva tetap ?
Apa yang dimaksud dengan penyusutan ?
Apa saja metode-metode perhitungan beban penyusutan ?
Bagaimana cara menghitung beban penyusutan berdasarkan metodenya ?
Tujuan
Mengetahui pengertian aktiva tetap
Mengetahui kriteria-kriteria aktiva tetap
Mengetahui pengertian penyusutan
Mengetahui metode-metode perhitungan beban penyusutan
Mengetahui cara perhitungan beban penyusutan berdasarkan metode-metodenya

















BAB II. ISI
2.1. Pengertian Aktiva Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 256), aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan.

2.2. Kriteria Aktiva Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 256), agar dapat dikelompokkan sebagai aset tetap, suatu aset harus memiliki kriteria tertentu, yaitu :
Berwujud
Umurnya lebih dari satu tahun
Digunakan dalam operasi perusahaan
Material
Dimiliki perusahaan

2.3. Pengelompokkan Aktiva Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 257), dari berbagai jenis aset tetap yang dimiliki perusahaan, untuk tujuan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam :
Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah tempat kantor atau bangunan pabrik berdiri, lahan pertanian, lahan perkebunan, dan lahan pertenakan.
Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa manfaatnya bisa diganti dengan aset lain yang sejenis, seperti bangunan, mesin, kendaraan, komputer, mebel, dan sebagainya.
Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis manfaatnya tidak dapat diganti dengan yang sejenis, seperti tanah pertambangan dan hutan.
2.4. Penilaian dan Penyajian Aktiva Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 257), berkaitan dengan penilaian dan penyajian aset tetap, IFRS mengizinkan salah satu dari dua metode yang dapat digunakan, yaitu :
Berbasis Harga Perolehan (Biaya)
Ini adalah metode penilaian aset yang didasarkan pada jumlah pengorbanan ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aset tetap tertentu sampai aset tetap tersebut siap digunakan.
Berbasis Evaluasi (Nilai Pasar)
Ini adalah metode penilaian aset yang didasarkan pada harga pasar ketika laporan keuangan disajikan. Sebagai contoh, sebidang tanah yang dibeli perusahaan 10 tahun yang lalu harganya pasti sudah berlipat-ganda pada saat ini. Jika tanah tersebut disajikan dengan menggunakan biaya historis, maka dianggap tidak mencerminkan lagi kondisi aktual aset tetap perusahaan ketika laporan keuangan disajikan

2.5. Harga Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 258), Untuk memperoleh aset tetap, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak hanya dipakai untuk membayar barang itu sendiri sesuai yang tercantum didalam faktur, tetapi juga untuk beban pengiriman, pemasangan, perantara, balik nama, dan sebagainya. Keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut disebut dengan harga perolehan, sedangkan dilaporan posisi keuangan, aset tetap dicatat sebesar nilai bukunya. Dimana nilai buku merupakan harga perolehan aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap.

2.6. Cara-cara Memperoleh Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 259), aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan itu akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aset tetap tersebut. Cara perolehannya antara lain :
Pembelian tunai
Pembelian angsuran
Ditukar dengan surat berharga
Ditukar dengan aset tetap yang lain
Diperoleh sebagai donasi

2.7. Penyusutan
Menurut Rudianto (2012 : 260), penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aset tetap tersebut.

2.8. Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan
Menurut Rudianto (2012 : 260), terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode, yaitu :
Harga perolehan, yaitu keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.
Nilai sisa (Residu), yaitu taksiran harga jual aset tetap pada akhir masa manfaatnya
Taksiran Umur Kegunaan, yaitu taksiran masa manfaat dari aset tetap

2.9. Metode Perhitungan Depresiasi
Menurut Rudianto (2009:276), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi periodik, yaitu :
Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Adalah suatu metode perhitungan depresiasi aktiva tetap di mana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata. Beban depresiasi dihitung dengan cara mengurangi harga perolehan dengan nilai sisa dan dibagi dengan umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut.
Depresiasi=Harga Perolehan-Nilai SisaTaksiran Umur Ekonomis Aktiva
Metode perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus akan menghasilkan beban depresiasi aktiva tetap yang sama dari tahun ke tahun. Metode ini juga dapat menghasilkan beban depresiasi berupa suatu persentase dari harga perolehan aktiva tetap tersebut.
Metode Jam Jasa  (Service Hour Method)
Adalah suatu metode penghitungan depresiasi aktiva tetap, dimana beban depresiasi pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut mempergunakan aktiva tetap itu.
Depresiasi=Harga Perolehan-Nilai SisaTaksiran Jam Pemakaian Total
Metode Hasil Produksi
Adalah suatu metode perhitungan depresiasi aktiva tetap, diamana beban depresiasi pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan periode akuntansi tersebut dengan mempergunakan aktiva tetap itu.
Depresiasi=Harga Perolehan-Nilai SisaTaksiran Jumlah Total Produk Yang Dapat Dihasilkan

Metode Pembebanan Menurun (Reducing Charge Method)MenurutHery, S.E.,M.Si :
Metode Jumlah AngkaTahun (Sum Of Years Digits Method)\
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya. Perhitungan dilakukan dengan mengalikan suatu seri pecahan kenilai perolehan asset yang dapat disusutkan.
Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method )
Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodik yang menurun selama estimasi umur ekonomis asset. Jadi, metode ini pada hakekatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya beban penyusutan akan menurun setiap tahunnya.
Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance Method)
Beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya, dilakukan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.
Metode Tarif Menurun (Declining Rate on Cost Method)
Depresiasi=Harga Perolehan-Nilai SisaxBobot untuk tahun yang bersangkutanJumlah angka tahun umur ekonomis

2.10. Penjualan Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 260), ada kemungkinan aset tetap yang belum habis umur ekonomisnya tetapi, karena berbagai pertimbangan, oleh perusahaan diputuskan untuk dijual. Jika terjadi penjualan aset tetap, maka yang perlu dilihat adalah nilai buku aset tetap pada tanggal terjadinya transaksi penjualan.
Selisih antar nilai buku dan jumlah uang yang diterima diakui sebagai laba atau rugi penjualan aset tetap. Jika diperoleh selisih lebih, maka diakui sebagai laba penjualan aset tetap. Jika diperoleh selisih negatif, maka diakui sebagai rugi penjualan aset tetap.

2.11. Pertukaran Aset Tetap
Menurut Rudianto (2012 : 265), ada kemungkinan aset tetap yang dimiliki perusahaan sebelum umur ekonomisnya habis, akan ditukar dengan aset tetap lain, baik yang sejenis ataupun tidak. Juga ada kemungkinan dalam transaksi pertukaran tersebut salah satu pihak yang terlibat harus menambah sejumlah uang tunai sebagai tambahan dalam pertukaran.
Jika suatu aset ditukar dengan aset lain, maka harus dihitung nilai buku aset tersebut, yaitu harga perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap bersangkutan. Nilai buku aset tetap ditambah dengan jumlah uang tunai yang harus diberikan (jika ada) merupakan nilai pengeluaran total dari pihak perusahaan. Nilai pengeluaran tersebut harus dibandingkan dengan harga asar aset tetap yang baru. Selisihnya merupakan laba atau rugi dari pertukaran aset tetap. Jika nilai total pengeluaran lebih banyak dari harga pasar aset tetap yang baru, berarti terjadi kerugian transaksi pertukaran. Jika nilai total pengeluaran lebih kecil dari harga pasar aset tetap yang baru, berarti diperoleh keuntungan dari transaksi pertukaran tersebut.

2.12. Deplesi
Menurut Rudianto (2012 : 268), deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai sumber daya alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan sumber daya alam hingga menjadi persediaan.
Terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap perhitungan deplesi aset tetap, yaitu :
Harga perolehan aset tetap
Taksiran nilai sisa (harga jual) setelah sumber daya alam tersebut selesai dieksploitasi
Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi
Perhitungan Deplesi
Deplesi =   Harga perolehan – Nilai sisa
Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi

BAB III. Contoh Kasus dan Penyelesaian
PT. XYZ Merupakan Produsen Bahan Kimia yang terletak di Jakarta. Pada awal April 2012, Perusahaan ini membeli sebuah mesin untuk memproduksi bahan kimia. Mesin tersebut dibeli dari Jepang dengan Harga Faktur sebesar Rp. 300.000.000,-, Beban Pengiriman Rp.50.000.000,-, Bea Cukai Rp. 60.000.000,- dan biaya pemasangan sebesar Rp. 10.000.000,-. Mesin tersebut diperkirakan dapat beroperasi secara ekonomis selama 12 Tahun atau 30.000 jam kerja dan diperkirakan dapat menghasilkan bahan kimia sebanyak 30.000 ton. Pada akhir Tahun ke -12 mesin tersebut diperkirakan dapat dijual dengan harga Rp. 60.000.000,-.
Carilah Harga Perolehan , penyusutan berdasarkan metode garis lurus, Jam Jasa, Hasil Produksi, Beban Menurun beserta jurnalnya.
Jawab :
Harga Perolehan Mesin :
Harga Faktur : Rp. 300.000.000,-
Beban Pengiriman : Rp.   50.000.000,-
Bea Cukai : Rp.   60.000.000,-
Biaya Pemasangan : Rp.   10.000.000,-
Harga Perolehan : Rp. 420.000.000,-

Jurnal
Mesin Rp. 420.000.000,-
Kas Rp. 420.000.000,-

Metode Garis Lurus
Beban Penyusutan =  420.000.000  -  60.000.000
     12 Tahun
=  Rp. 30.000.000,- / Tahun

Penyusutan pada tahun 2012 hanya terhitung 9 bulan, jadi beban penyusutannya adalah :
= 9 / 12 x Rp. 30.000.000
= Rp. 22.500.000,-

Jurnal
Beban Penyusutan Mesin Rp.   22.500.000,-
Akm. Penyusutan Mesin Rp.   22.500.000,-
2013-2023
Beban Penyusutan Mesin Rp.   30.000.000,-
Akm. Penyusutan Mesin Rp.   30.000.000,-
2024
Beban Penyusutan Mesin Rp.     7.500.000,-
Akm. Penyusutan Mesin Rp.     7.500.000,-

Metode Jam Jasa
Beban Penyusutan =  420.000.000  -  60.000.000
30.000 jam kerja
=  Rp. 12.000 / jam kerja

Penyusutan pada tahun 2012 hanya terhitung 1.875 jam kerja, jadi beban penyusutannya adalah :
=  Rp. 12.000 x 1.875 jam
=  Rp. 22.500.000,-

Jurnal
Beban Penyusutan Mesin Rp.   22.500.000,-
Akm. Penyusutan Mesin Rp.   22.500.000,-
2013-2023
Beban Penyusutan Mesin Rp.   30.000.000,- (12.000 x 2.500Jam)
Akm. Penyusutan Mesin Rp.   30.000.000,-
2024
Beban Penyusutan Mesin Rp.     7.500.000,- (12.000 x 625Jam)
Akm. Penyusutan Mesin Rp.     7.500.000,-
Metode Hasil Produksi
Beban Penyusutan =  420.000.000  -  60.000.000
   30.000 Ton
=  Rp. 12.000 / Ton

Pada tahun 2012 mesin tersebut hanya dapat menghasilkan 1.750 ton, jadi beban penyusutannya adalah :
=  Rp. 12.000 x 1.750 ton
=  Rp. 21.000.000,-

Jurnal
Beban Penyusutan Mesin Rp.   21.000.000,-
Akm. Penyusutan Mesin Rp.   21.000.000,-










Metode Beban Menurun (Jumlah Angka Tahun)
Tahun
Bobot
Bagian Pengurangan
Perhitungan Penyusutan
Beban Penyusutan
1
12
12/78
12/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
55.384.615
2
11
11/78
11/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
50.769.231
3
10
10/78
10/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
46.153.846
4
9
9/78
9/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
41.538.461
5
8
8/78
8/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
36.923.077
6
7
7/78
7/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
32.307.692
7
6
6/78
6/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
27.692.308
8
5
5/78
5/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
23.076.923
9
4
4/78
4/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
18.461.539
10
3
3/78
3/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
13.846.154
11
2
2/78
2/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
9.230.769
12
1
1/78
1/78 x ( 420.000.000-60.000.000)
4.615.385
AkumulasiPenyusutan
360.000.000

Jurnal
Beban penyusutan mesin Rp.   55.384.615,-
Akm. Penyusutan Mesin Rp.   55.384.615,-



















Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep & Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta : Erlangga