MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PENGENDALIAN HASIL
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengendalian merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu
yang identik dan apa saja yang akan dikendalikan. Pengendalian membantu mengidentifikasikan masalah-masalah manajemen. Usaha-usaha untuk mengidentifikasikan masalah-masalah merupakan tantangan bagi para manajer.
Seorang manajer akan menyadari suatu masalah apabila terjadi penyimpangan
dari sasaran yang ingin dicapai.
Salah satu fungsi daripada manajemen
adalah pengendalian.
Jenis pengendalian hasil yang sering
digunakan adalah pembayaran untuk kinerja yang
mana melibatkan pemberian imbalan pada karyawan untuk hasil yang bagus. Namun, sebagai akibat dari krisis keuangan
Geither berpendapat bahwa kompensasi seharusnya
dikaitkan pada kinerja dengan tujuan untuk menghubungkan insentif dari eksekutif dan karyawan lain dengan nilai jangka panjang yang diciptakan, bukan sekedar sistem untuk memperoleh budaya
bonus. Pada intinya, sistem pengendalian hasil yang di desain dengan baik dapat membantu
mendapatkan hasil yang di inginkan.
Akan tetapi, pengendalian hasil tidak dapat
digunakan untuk setiap situasi.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penjelasan tentang
kelaziman pengenadalian hasil
2.
Bagaimana penjelasan tentang pengendalian hasil dan masalah
pengendalian
3.
Bagaimana penjelasan tentang
elemen pengendalian hasil
4. Bagaimana
penjelasan tentang kondisi yang menetukan efektivitas pengendalian hasil.
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui penjelasan tentang kelaziman pengenadalian hasil
2. Untuk
mengetahui penjelasan tentang pengendalian hasil dan masalah pengendalian
3.
Untuk mengetahui penjelasan tentang elemen pengendalian hasil
4. Untuk
mengetahui penjelasan tentang kondisi yang menetukan efektivitas pengendalian hasil.
BAB II KAJIAN TEORI
Alternatif pengendalian merupakan cara lain yang lebih
mudah atau lebih efektif yang digunakan
oleh suatu perusahaan untuk menentukan
suatu keputusan dalam menangani suatu masalah pengendalian yang tidak dapat dihindari di dalam peruahaan tersebut. Dengan pendekatan Management Control System (MCS) yang dipelajari dari Merchant and Van der Stede
(2007), organisasi / perusahaan dapat menggunakan 4 (empat) alternatif management controls
yang terdiri dari Results
Controls, Action Controls,
Personnel Controls, dan Cultural
Controls
Result Control
Menurut Kenneth A. Merchant dan Wim A.
Van der Stede dalam bukunya yang berjudul
“Management Control System” imbalan
atau insentif adalah elemen penting akhir
dalam sistem result control. Result
Control merupakan sistem kontrol preventif
yang efektif karena langsung mengarah
pada masalah dimana pengendalian dibutuhkan dan dapat digunakan untuk
mengontrol perilaku karyawan dalam berbagai
level organisasi. Dalam sistem kontrol
ini, perusahaan dapat menerapkan sistem reward dimana telah menggabungkan antara
reward ekstrinsik maupun intrinsik
serta pemberian hukuman bagi seluruh karyawannya.
Pada
dasarnya, result controls menitikberatkan pada hasil yang dicapai para karyawan dalam suatu perusahaan dan manfaat bagi karyawan tersebut
apabila berhasil mencapainya,
bukan pada bagaimana para karyawan bekerja dalam mencapai target
hasil tersebut. Result controls
ini umumnya diterapkan pada karyawan profesional yang dianggap dapat bekerja
secara efektif dan efisien dalam mencapai target tanpa harus diatur dan diarahkan. Dalam result control, erat hubungannya dengan
reward systems dari organisasi.
Action Control
Action
control yakni
menyangkut jaminan bahwa para pegawai melaksanakan (atau tidak melaksanakan) tindakan tertentu untuk manfaat (atau membahayakan) organisasi. Walaupun umum digunakan di
berbagai organisasi, namun action
controls tidak efektif
di setiap keadaan.
Action controls dapat diterapkan dan berjalan efektif
hanya apabila para manajer memahami tindakan-tindakan yang
diinginkan (atau tidak diinginkan),
serta memiliki kemampuan untuk menjamin bahwa berbagai tindakan yang diinginkan tersebut
terjadi atau tindakan yang tidak diinginkan itu tidak terjadi.
Personnel Control
Pengendalian personel berusaha untuk membangun kecenderungan karyawan untuk mengendalikan/memotivasi dirinya
sendiri. Tujuan pengendalian personel :
1.
Memastikan karyawan mengetahui apa yang diinginkan organisasi
2. Memastikan tiap karyawan dapat bekerja dengan baik, dan memiliki kemampuan
(pengalaman, pengetahuan) dan sumberdaya(informasi, waktu)
yang cukup untuk melaksanakan
pekerjaan mereka dengan baik.
3. Meningkatkan
kemungkinan tiap karyawan melaksanakan pengawasan pada dirinya sendri (self
monitoring)
Cultural Control
Cultural
controls dirancang untuk mendorong pemantauan
timbal-balik (mutual monitoring), yaitu bentuk tekanan
kelompok (group pressure) yang sangat kuat terhadap individu
yang menyimpang dari norma dan nilai kelompok.
Cultural controls sangat efektif ketika para anggota kelompok
memiliki hubungan emosional satu sama lain.
A. Kelaziman Pengendalian Hasil
Jika
kita diminta untuk berpikir tentang
cara apa yang paling baik untuk mempengaruhi perilaku seseorang dalam
organisasi, maka hal pertama yang mungkin muncul
dalam pikiran orang-orang adalah “bagaimana penghargaan yang diberikan terhadap
kinerja seseorang”.
Penghargaan terhadap kinerja seseorang
adalah sebuah contoh dari bentuk pengendalian
hasil karena menyangkut memberikan penghargaan kepada karyawan agar menghasilkan kinerja yang baik. Atau
sebaliknya, memberikan sanksi kepada karyawan
apabila kinerja mereka tidak baik. Penghargaan dalam hal ini berkaitan dengan kompensasi diluar kompensasi
finansial (misalnya keamanan kerja, promosi,
otonomi, pengakuan, dsb).
Kombinasi dari hubungan antara penghargaan dan hasil menjelaskan kepada karyawan bahwa hasil adalah
sangat penting dan hal ini dapat memotivasi mereka
untuk menghasilkan kinerja yang baik. Pengendalian hasil
mempengaruhi tindakan- tindakan para karyawan. Dengan pengendalian hasil, para karyawan
dapat lebih memperhatikan tindakan-tindakan yang mereka
lakukan.
Suatu organisasi tidak mendikte apa
yang harus dibuat oleh para karyawannya. Organisasi
justru memberikan kebebasan pada karyawannya untuk melakukan hal apapun, yang mereka percayai dapat
memberikan hasil yang terbaik. Pengendalian hasil
juga mendorong pegawai untuk mengeluarkan dan mengembangkan keahlian mereka dan mendapatkan posisi yang sesuai dimana mereka dapat memberikan/ menghasilkan kinerja
yang baik.
Karena alasan-alasan tersebut diatas,
bentuk sistem pengendalian hasil yang lebih baik dapat membantu memberikan hasil yang diinginkan. Ada banyak contoh kemajuan dari tindakan dramatis
mengikuti pengenalan dari system pengendalian yang baru. Pada tahun 1995, US West Communication Group
menerapkan sistem pembayaran untuk kinerja yang menjanjikan. Penjualan
mewakili ganti rugi meningkat
dari 20% lebih jika mereka mencapai target. Dalam tiga tahun kedepan, pendapatan karyawan telah meningkat menjadi 47%.
Sejalan dengan bentuk-bentuk lain dari system pengendalian manajemen, pengendalian hasil tidak bisa dijalankan dalam semua situasi.
Pengarahan hasil akan efektif jika karyawan dapat mengendalikan hasil-hasil yang diinginkan, melalui
tindakan-tindakan dan dimana daerah hasil yang bisa dikendalikan dapat
menjadi ukuran secara efektif.
Contoh dari pengendalian hasil
Pengendalian hasil biasanya digunakan
untuk mengendalikan perilaku karyawan pada
banyak level organisasi. Pengendalian hasil merupakan elemen penting dalam pendekatan “pemberian kebebasan kepada karyawan” dalam manajemen. Pengendalian hasil konsisten dan mungkin penting
untuk implementasi dari penyebaran bentuk
organisasi dengan pusat
pertanggungjawaban otonomi yang luas.
Pengendalian hasil merupakan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada hasil dari suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dari organisasi. Pengendalian hasil menciptakan meritocracies. Dalam
meritocracies, imbalan diberikan kepada karyawan yang paling berbakat dan bekerja paling keras, dibandingkan
dengan mereka yang memiliki waktu kerja yang lebih lama,
atau memiliki hubungan
sosial. Kombinasi dari imbalan diuhubungkan dengan hasil yang dilaporkan atau hal yang diingat oleh
karyawansebagai hasil yang
penting dan memotivasi mereka untuk mengeluarkan hasil imbalan
perusahaan.
Pengendalian hasil memengaruhi tindakan
atas keputusan karena
mereka membuat karyawan lebih
memperhatikan konsekuensi tindakan atau keputusan yang mereka buat. Pengendalian hasil juga mendorong karyawan untuk
menemukan dan mengembangkan bakat
mereka dan memperoleh lokasi kerja tempat mereka dapat bekerja dengan baik. Pengedalian hasil biasanya digunakan
untuk mengendalikan perilaku karyawan pada berbagai
tingkatan organisasi.
Mereka membutuhkan elemen dalam
pendekatan pemberdayaan karyawan oleh manajemen yang telah menjaditrend manajemen utama mulai tahun 1990-an.
Pengendalian hasil umunya didominasi pengertian pengendalian perilaku darikaryawan profesional; dengan kekuasaan
keputusan sepertimanajer.Pengendalian hasil
konsisten dengan, dan membutuhkan,implementasi dari bentuk desentralisasi organisasi dengan perluasan perwujudan otonomi atau pusat
pertanggungjawaban.“Kita tidak akan dapat berhasil
jika kita bersikeras menggunakan manajemen tradisional perintah dan sistem pengendalian, dimana ribuan orang percaya bahwa merekahanya bertanggungjawab terhadap apa yang mereka katakanuntuk mereka lakukan” (Paul
O’Neill).
Dalam pengendalian hasil dibutuhkan
elemen dalam pendekatan pemberdayaan karyawan oleh manajemen. Pengendalian hasil umumnya didominasi pengertian pengendalian
perilaku dari karyawan profesional dengan kekuasaan keputusan seperti manajer.
Michael Hammer mendefinisikan profesional sebagai seseorang
yang bertanggung jawab
terhadap pencapaian hasil dibandingkan dengan pengerjaan tugas. Pengendalian hasil membutuhkan
implementasi dari bentuk desentralisasi organisasi dengan perluasan perwujudan otonomi atau pusat pertanggungjawaban. Dengan menggunakan
tipe sistem pengendalian, manajemen perusahaan dapat meringkas dan menilai efektivitas berbagai bagian dalam
organisasi sementara tetap hidup dengan eksekusi
aktual dari kegiatan operasi untuk mempertanggungjawabkan kinerja sebuah bagian
kesatuan manajer.
Dengan
membangun akuntabilitas untuk semua hasil entitas yang terintegrasi penuh, sehingga kesatuan manajer
terdekat dalam bisnis tersebut membuat pertukaran dan mengambil tanggung jawab pada seluruh anggaran, perusahaan
bertujuan untuk menanamkan “budaya
kinerja” yang mendorong baik disiplin (efisiensi) dan daya tanggap
yang lebih besar terhadap kebutuhan bisnis lokal
(fleksibilitas). Desentralisasi
mencoba untuk mereplika “model entrepreneurial” dalam tipe
perusahaan yang lebih besar, tempat
seuruh manajer diberi kekuasaan untuk memutuskan, tetapi kemudian mempertanggungjawabkan hasil dari keputusan yang dibuat.
Manajer perlu untuk bertindak
dengan sikap seorang
wirausaha agar berhasil
dalam lingkungan yang kompetitif tidak hanya ketika mereka dihadapkan pada kekuatan pasar
yang sama dan tekanan yang mendorong menjadi jiwa wirausaha yang mandiri, tetapi juga ketika mereka
menjanjikan imbalan yang sepadan untuk risiko
yang mereka hadapi.
Desentralisasi dan desain sistem
insentif adalah 2 pilihan penting dalam desain
organisasi dalam konteks pengendalian hasil, ini adalah bagian dari apa
yang disebut oleh teoretikus
organisasi sebagai arsitektur organisasi. Literatur ini mempertahankan bahwa pilihan organisasi mengenai desentralisasi dan sistem insentif
seharusnya dibuat secara bersama dan berkonsentrasi pada salah satu elemen dengan mengesampingkan
elemen yang lain akan membawa organisasi pada desain yang buruk.
Pengendalian hasil tidak hanya
dibutuhkan pada level manajemen saja, tetapi juga dapat diterapkan pada level yang lebih bawah di dalam
organisasi, karena sebagian besar perusahaan telah memperoleh pengaruh
yang baik. Meskipun
desentralisasi adalah cara
efektif untuk memberdayakan karyawan dalam konteks pengendalian- hasil, masih terdapat
beberapa kelemahan untuk pemberdayaan dalam kondisi tertentu.
Kelemahan desentralisasi:
1.
Risiko tidak
terdeteksinya kecurangan manajer
2.
Risiko biaya operasional yang tinggi
3.
Risiko terhadap reputasi
perusahaan.
B. Pengendalian Hasil dan Masalah Pengendalian
Pengendalian hasil adalah bentuk pengendalian pencegah
yang efektif dalam menjelaskan
masalah-masalah motivasi. Pengendalian hasil juga dapat menunjukkan masalah keterbatasan individu.
Pengendalian hasil dapat memotivasi karyawan untuk menunjukkan keterbatasan-keterbatasan mereka dan untuk
mengembangkan keahlian mereka yang dapat memposisikan diri mereka masing-masing, agar mendapatkan penghargaan sesuai dengan hasil
kerjanya. Sebagai tambahan, karena pengendalian
hasil selalu menjanjikan penghargaan yang tinggi untuk kinerja yang baik, maka pengendalian hasil digunakan menarik dan
mempertahankan karyawan yang yakin dengan kemampuannya
Pengendalian hasil merupakan pengendalian yang bersifat presentif
dalam mengatasi berbagai masalah yaitu:
1.
Pemahaman karyawan mengenai apa yang harus mereka kerjakan dan hasilkan
2. Motivasi karyawan
3. Keterbatasan individu
4. Feed
back atas pengendalian yang sedang
dijalani untuk menilai strategi & organisasi & dan karyawan.
Pengendalian hasil menyediakan beberapa
manfaat tipe pencegahan. Hasil yang didefinisikan dengan baik akan memberi informasi
pada karyawan apa yang diharapkan dari mereka dan mendorong
mereka untuk melakukan tindakan yang dapat
mengeluarkan hasil yang diinginkan. Dengan cara ini, pengendalian hasil
mengurangi potensi kurangnya pengarahan.
Pengendalian hasil juga dapat menjadi
efektif khususnya terkait dengan masalah motivasi.
Meski tanpa arahan langsung, pengendalian hasil menyebabkan karyawan berperilaku untuk memaksimalkan peluang
mereka dalam mendapatkan hasil yang diinginkan
oleh organisasi. Pengukuran kinerja sebagai bagian dari pengendalian hasil juga menyediakan beberapa hal non
motivasi, tipe deteksi pengendalian manfaat dari feedback yang alami.
Pengendalian hasil membantu organisasi
menjawab pertanyaan tentang bagaimana berbagai
strategi, entitas organisasi, dan karyawan bertindak. Jika kinerja gagal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
organisasi dapat mengganti strategi, proses, atau karyawan. Penelitian dan intervensi ketika kinerja menyimpang
dari yang diharapkan adalah esensi dari pendekatan manajemen management by exception, yang biasa digunakan pada perusahaan
besar.
C. Elemen pengendalian hasil
Hasil Implementasi dari pengendalian hasil dibentuk
dari 4 tahapan:
1. Mendefinisikan dimensi-dimensi dari hasil yang diinginkan
2. Mengukur kinerja dari dimensi yang telah dipilih
3. Menentukan target
kinerja karyawan pada tiap-tiap ukuran pencapaian
4. Menyediakan
imbalan bagi pencapaian target dan mendorong perilaku yang akan membawa pada hasil
yang diinginkan
Mendefinisikan Dimensi Kinerja
Merupakan hal yang menantang dan
melibatkan keseimbangan tanggung jawab organisasi pada semua pemegang
kepentingan, termasuk pemilik
modal, pemberi pinjaman, karyawan, pemasok,
konsumen, dan masyarakat luas. Seharusnya satu- satunya
tujuan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan pemegang kepentingan,
atau seh berfokus pada konsumen atau karyawan walaupun bukan tujuan utama
perusahaan.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran merupakan elemen penting
dari sistem pengendalian hasil. Objek dari
pengukuran adalah kinerja yang khusus dari entitas organisasi atau
seorang karyawan pada periode waktu
tertentu. Pengukuran kinerja biasanya bervariasi di seluruh level organisasi. Pada level organisasi yang
lebih tinggi, sebagian besar dari hasil yang
penting didefinisikan dalam pasar yang baik dan/atau keuangan. Variasi
penggunaan pengukuran kinerja
keuangan dan operasional antara level manajemen tertinggi dan level terendah menciptakan sebuah ketergantungan dalam hierarki
manajemen.
Beberapa hal penting pada level menengah
dalam organisasi, sering
kali pada level pusat keuntungan, manajer harus
menerjemahkan tujuan keuangan ke dalam tujuan
operasional. Tujuan utama manajer adalah mendefinisikan dengan pengukuran keuangan, sehingga mereka
mengkomunikasikan dengan para
atasannya, terutama dalam istilah
keuangan. Tetapi karena ukuran bawahan mereka
menggunakan ukuran operasional, komunikasi mereka dengan bawahan
juga dilakukan terutama
dalam istilah operasional.
Pengukuran Target Kinerja
Target
kinerja merupakan elemen penting lainnya
dalam pengendalian hasil karena memengaruhi tindakan dalam dua cara. Pertama,
meningkatkan motivasi dengan menyediakan tujuan yang jelas bagi
karyawan untuk dicapai. Sebagian besar orang
lebih suka diberikan target yang spesifik untuk dicapai, dibandingkan dengan hanya diberi pernyataan yang tidak jelas.
Kedua, target kinerja membuat karyawan dapat
menilai kinerja mereka sendiri. Orang tidak akan memberikan respons sebagai umpan balik kecuali
mereka dapat menginterpretasikannya, dan bagian penting
dari
interpretasi melibatkan perbandingan kinerja aktual relatif
terhadap target. Target
membedakan kinerja yang baik dan buruk. Kegagalan untuk mencapai target
memberi sinyal perlunya
perbaikan.
Pemberian Imbalan
Imbalan atau insentif adalah elemen akhir dari sistem
pengendalian hasil. Imbalan dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Imbalan ekstrinsik,
berupa uang atau non uang seperti penghargaan pegawai terbaik
2. Imbalan intrinsik,
dihasilkan secara internal melalui adanya rasa puas atas pencapaian hasil.
Imbalan yang termasuk dalam perjanjian
insentif bisa dalam berbagai bentuk yang bernilai bagi karyawan, seperti
kenaikan gaji, bonus, promosi, keamanan
kerja, penugasan, kesempatan,
pelatihan, kebebasan, pengenalan, dan kekuasaan. Hukuman adalah kebalikan dari imbalan. Hal ini merupakan sesuatu yang
tidak disukai oleh karyawan, seperti
penurunan jabatan, penolakan oleh supervisor, kegagalan dalam memperoleh imbalan yang didapatkan oleh
teman kerja lain atau, secara ekstrim, diberi peringatan atau pemutusan hubungan
kerja. Pengukuran hasil dapat memberikan pengaruh motivasi yang positif
jika tidak ada imbalan secara eksplisit dalam
hubungannya dengan pengukuran hasil. Orang sering kali memperoleh imbalan intrinsik yang dihasilkan secara
internal melalui adanya rasa puas atas pencapaian hasil yang
diinginkan.
D. Kondisi yang menentukan efektivitas pengendalian hasil
Pengendalian hasil akan memberikan hasil terbaik ketika semua kondisi
berikut dipenuhi:
1. Manajer mengetahui hasil apa yang
diinginkan dalam area yang dikendalikan.
2. Karyawan yang perilakunya dikendalikan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap hasil yang dilakukan
secara bertangung jawab.
3. Manajer dapat mengukur
hasil secara efektif.
Agar
pengendalian hasil dapat berhasil, manajer
harus tahu hasil apa yang diinginkan dalam area yang akan dikendalikannya dan mereka harus mengkomunikasikan
keinginan itu kepada karyawan yang bekerja di area tersebut. Jika area hasil yang dipili salah, atau benar tapi bobot penting yang ditentukan salah,
maka kombinasi dari ukuran hasil tidak akan kongruen dengan
tujuan sebenarnya dari organisasi. Menggunakan ukuran hasil yang tidak kongruen
akan mendorong karyawan
untuk mengambil tindakan yang salah.
Pengetahuan dari Hasil yang Diinginkan
Agar pengendalian hasil dapat digunakan
,perusahaan harus tau hasil apa yang diinginkan
dalam wilayah yang mereka harapkan dapat dikendalikan dan mereka juga harus mengomunikasikan efektivitas yang diinginkan dari pekerjaan pada bagian tersebut. Tujuan secara keseluruhan harus
di pahami dan hasil yang diinginkan juga harus
di pahami , serta hasil yang diinginkan juga harus diketahui oleh semua orang yang berada di tingkat menengah atau tingkat
bawah dalam organisasi.
Kemampuan untuk Memengaruhi Hasil yang Diinginkan
Kondisi kedua yang diperlukan agar
pengendalian hasil menjadi efektif adalah bahwa karyawan
yang perilakunya dikendalikan harus dapat memengaruhi hasil dengan cara yang
material dalam periode waktu tertentu. Dalam kebanyakan situasi organisasi, tentu saja, banyak faktor yang tidak terkendali atau tidak terkendali sebagian tak terhindarkan memengaruhi tindakan yang digunakan
untuk mengevaluasi kinerja. Pengaruh
yang tidak terkendali ini menghambat upaya untuk menggunakan hasil tindakan
untuk tujuan pengendalian.
Manajer tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab mereka
untuk menanggapi beberapa faktor
yang tidak terkendali atau dibebaskan dari berurusan dengan ketidakpastian yang wajar atau normal di
lingkungan mereka; tetapi jika faktor- faktor
ini, atau ketidakpastian, sulit untuk dipisahkan dari ukuran hasil, pengendalian hasil tidak memberikan
informasi yang baik untuk mengevaluasi kinerja atau memotivasi perilaku yang baik.
Kemampuan untuk Mengukur Hasil yang Dapat
Dikendalikan Secara Efektif
Kemampuan untuk mengukur hasil yang
dapat dikendalikan secara efektif adalah kendala
terakhir yang membatasi kelayakan hasil pengendalian. Kriteria utama yang harus digunakan untuk menilai keefektifan
ukuran hasil adalah kemampuan untuk membangkitkan perilaku
yang diinginkan.
Hasil yang dapat dikendalikan dari
keinginan organisasi dan karyawan
terkait dapat berpengaruh, yang tidak dapat diukur
secara efektif. Ada sesuatu yang dapat
diukur, tetapi
terkadang bidang hasil utama tidak
dapat diukur secara
efektif. Agar efektif
pengukuran hasil haruslah:
1.
Tepat; hasil yang diukur
dapat dikendalikan.
2.
Objektif; bebas dari prasangka.
3. Tepat
waktu; kerja pegawai dinilai dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang.
4. Dapat
dipahami; pegawai paham apa yang dinilai dari mereka dan pegawai paham
apa yang harus
dilakukan untuk mendapat
penilaian yang baik.
Ketepatan Akurasi
Pengukuran merajuk pada tingkat
kedekatan pengukuran dari jumlah terhadap
nilai yang sesungguhnya. Ketepatan adalah tingkat di mana pengukuran
yang diulang pada situasi yang hampir
sama menunjukkan hasil yang sama, jika hal ini terjadi pengukuran dapat dikatakan reliabel. Pengurangan kesalahan
sistematis meningkatkan akurasi
tetapi tidak merubah presisi. Tetapi tidak mungkin mencapai akurasi dalam pengukuran tanpa adanya presisi, yaitu
ketika pengukuran berisi kesalah secara acak
atau ketika pengukuran tersebut tidak reliabel.
Kurangnya presisi adalah sebuah kualitas
yang tidak diinginkan dari pengukuran hasil yang dimiliki.apabila pengukuran presisi mengalami bias mungkin tidak terlalu
bermanfaat untuk tujuan pengendalian.
Jika tingkat kesalahan sistematis
tidak diketahui, maka pengukuran akan
menjadi bias secara sistematis yang ditunjukkan oleh nilai yang lebih besar
atau lebih kecil dari nilai sesungguhnya.
Objektivitas
Pengukuran objektif yang diambil,
yang dimaksudkan dalam hal ini tidak dipengaruhi oleh perasaan seseorang atau
interpretasi, oleh sebab itu hal ini menjadi
tidak bias. Objektivitas pengukuran rendah mungkin terjadi ketika
pilihan ketentuan pengukuran atau pengukuran yang sebenarnya dilakukan
pada seseorang yang kinerjanya sedang dievaluasi. Ada dua cara utama untuk menaikkan objektivitas pengukuran. Pertama adalah memiliki pengukuran yang dilakukan
oleh orang yang independen dalam
proses. Kedua adalah memiliki pengukuran yang telah diverifikasi oleh pihak
yang independen.
Tepat Waktu
Tepat
waktu merujuk pada kesenjangan antara kinerja karyawan
dan hasil pengukuran. Tepat waktu menjadi penting
dalam pengukuran kualitas karena dua alasan. Pertama
adalah motivasi. Karyawan
membutuhkan penekanan kembali
terhadap kinerjanya agar dapat melakukan kinerja yang terbaik. Kedua
adalah bahwa tepat waktu dapat meningkatkan nilai intervensi yang mungkin diperlukan.
Mudah Dipahami
Ada 2 aspek agar mudah dipahami, yang pertama, karyawan
perilakunya dikendalikan seharusnya
memahami bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Kedua, karyawan seharusnya memahami
apa yang harus mereka lakukan
untuk memengaruhi pengukuran, paling tidak dalam artian luas.
Ketika karyawan memahami
apa yang digambarkan oleh pengukuran, mereka diberdayakan untuk mengerjakan apa yang dapat mereka lakukan
untuk dapat memengaruhinya. Pada kenyataannya, hal ini merupakan
keunggulan dari pengendalian hasil, pengendalian yang baik
dapat dicapai tanpa memahami secara pasti bagaimana karyawan akan memproduksi hasilnya.
Efisiensi Biaya
Pengukuran seharusnya juga menggunakan biaya secara efisien.
Pengukuran mungkin memiliki
semua kualitas yang sudah disebutkan sebelumnya tetapi terlalu mahal untuk dikembangkan atau digunakan,
hal ini berarti bahwa biaya melebihi manfaat. Jika terjadi seperti itu, maka
perusahaan memerlukan alternatif penyelesaian
yang lain, dengan pengukuran yang lebih efisien dari sisi biaya. Banyak
pengukuran yang tidak dapat diklasifikasikan dengan efektif atau tidak efektif.
Perbedaan pengorbanan antarkualitas pengukuran menciptakan beberapa
keuntungan atau kerugian.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengendalian hasil biasanya digunakan
untuk mengendalikan perilaku karyawan pada berbagai
tingkatan organisasi. Pengendalian hasil merupakan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada hasil dari suatu kegiatan
untuk mencapai tujuan dari organisasi. Pengendalian hasil juga mendorong pegawai
untuk mengeluarkan dan
mengembangkan keahlian mereka dan mendapatkan posisi yang sesuai
dimana mereka dapat memberikan/ menghasilkan kinerja yang
baik.
Pengendalian hasil membantu organisasi
menjawab pertanyaan tentang bagaimana berbagai
strategi, entitas organisasi, dan karyawan bertindak. Jika kinerja gagal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
organisasi dapat mengganti strategi, proses, atau karyawan. Agar pengendalian hasil dapat berhasil, manajer
harus tahu hasil apa yang diinginkan dalam area yang akan dikendalikannya dan mereka harus mengkomunikasikan
keinginan itu kepada karyawan yang bekerja di area tersebut. Jika area hasil yang dipili salah, atau
benar tapi bobot penting yang ditentukan salah, maka kombinasi dari ukuran hasil tidak akan kongruen dengan
tujuan sebenarnya dari organisasi. Menggunakan ukuran hasil yang tidak kongruen
akan mendorong karyawan
untuk mengambil tindakan yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar